Page 14 - Cerita Nome
P. 14

“Oh,  rupanya  ibu  Nome  lagi  yang  datang.  Maaf  ibu  Nome,  saya  tidak

                  dapat memberikan utang beras lagi kepada ibu karena utang beras yang lalu
                  saja belum lunas. Ibu harus membayar utang tersebut lebih dulu,” kata si
                  pemilik kedai.
                       “Saya  mengerti,  Bu War.  Akan  tetapi,  apakah   boleh  sekali  lagi  saya
                  meminjam  beras  sedikit  saja?  Seperempat  liter  pun  boleh  sekadar  untuk

                  pengganjal perut saya dan anak saya si Nome. Beras di rumah hanya tersisa
                  segenggam lagi.”
                       “Sekali lagi maaf ya, ibu Nome. Saya tidak dapat lagi memberikan utang

                  beras pada ibu. Lagi pula tadi ibu mengatakan bahwa persediaan beras di
                  rumah  ibu  masih  ada.  Meskipun  hanya  segenggam  beras,  apabila  dimasak
                  tentu dapat sedikit mengenyangkan juga,” kata si pemilik kedai.
                       “Lalu, utang-utang ibu di kedai saya, kapan ibu akan membayarnya? Saya
                  tidak ingin kedai saya ini tutup karena modal kedai habis untuk menalangi

                  orang-orang  yang  berutang.  Sekarang,  ibu  pulanglah  karena  sebentar  lagi
                  para pembeli akan kembali berdatangan dan saya harus melayani mereka,”
                  kata si pemilik kedai melanjutkan ucapannya.

                       Ibu  Nome  hanya  diam.  Ia  menyadari  bahwa  utang-utangnya  pada  si
                  pemilik kedai sudah banyak.
                        “Ya, Bu War. Maafkan saya karena sampai saat ini saya belum dapat
                  melunasi utang saya. Setelah saya memiliki uang, pasti utang saya segera
                  saya  bayar,”  kata  ibu  Nome  sebelum  meninggalkan  kedai.  Ibu  Nome  pun

                  menyadari bahwa berutang sedapat mungkin harus dihindari karena utang
                  hanya akan menjadi beban kehidupan. Oleh karena itu, selama ini setiap kali
                  memiliki uang, ibu Nome langsung membayar lunas utang-utangnya. Namun,

                  pekerjaan dan penghasilannya yang tidak menentu menyebabkan ibu Nome
                  terpaksa  kembali  berutang.  Meskipun  berutang,  ibu  Nome  berusaha  agar
                  uang atau beras yang dipinjamnya seminimal mungkin agar utang-utangnya
                  lebih ringan untuk dilunasi.
                       Ibu Nome meneruskan langkah kakinya. Ia akan mencoba meminjam beras

                  pada tetangganya. Meskipun kadang tetangganya juga tidak meminjaminya
                  beras  karena  ibu  Nome  juga  sering  berutang  beras  kepada  tetangganya.
                  Setelah  sampai  di  rumah  yang  ditujunya,  ibu  Nome  segera  menjumpai

                  tetangganya untuk meminjam beras.
                       “Bu, boleh saya meminjam beras sedikit saja?” pinta ibu Nome kepada
                  tetangganya.






                                                            5
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19