Page 16 - Cerita Nome
P. 16

“Ibu Nome, persediaan beras di rumah saya hanya tinggal sedikit. Panen

                  padi yang lalu tidak begitu bagus hasilnya. Jika mau, cobalah ibu Nome ke
                  belakang rumah saya! Di belakang rumah ada sisa tumbukan padi. Mudah-
                  mudahan masih ada sisa beras di dalam kulit-kulit padi!” kata tetangga yang
                  dijumpai oleh ibu Nome.
                       Ibu Nome segera ke belakang rumah tetangganya. Ada tumpukan kulit

                  padi di situ. Ia menampi kulit-kulit padi itu untuk mendapatkan beras yang
                  masih tersisa. Meskipun sudah lelah, ibu Nome terus berusaha mendapatkan
                  sedikit beras agar ia dan Nome dapat makan untuk bertahan hidup. Ibu Nome

                  berhasil  juga  mendapatkan  sedikit  beras  untuk  makan  esok  hari.  Setelah
                  mengucapkan terima kasih kepada tetangganya, ibu Nome kembali pulang ke
                  rumah.
                       Saat  itu,  cuaca  mendung.  Awan  hitam  menggantung  di sudut-sudut
                  langit.  Ibu  Nome  mempercepat  langkah  kakinya  agar  dapat  segera  tiba  di

                  rumah sebelum hujan turun. Saat ibu Nome tiba di rumah, hujan pun turun
                  begitu derasnya. Atap rumah tempat ibu Nome tinggal terbuat dari atap daun.
                  Beberapa bagiannya sudah bocor sehingga ketika hujan turun deras, air akan

                  menetes ke dalam rumah. Ibu Nome mengambil barang yang dapat digunakan
                  untuk menampung tetesan air hujan.
                       Ibu mencari Nome. Ia mendapati Nome masih tidur. Sejak pagi sebelum
                  berangkat sampai ibunya pulang dari hutan, Nome masih tidur juga.
                       “Nome,  kemarilah,  Nak!  Bantulah  ibu!  Tolong  kau  menyalakan  lampu

                  minyak! Meskipun hari masih sore, hari tampak begitu gelap karena cuaca
                  mendung!” kata ibu Nome memanggil anaknya. Akan tetapi, tidak ada sahutan
                  yang terdengar. Ibu Nome lalu menuju ke dapur dan ia hendak mengambil

                  minyak kelapa yang pada masa itu biasa digunakan untuk menyalakan lampu.
                  Ibu  Nome menggoyangkan tempat penyimpanan minyak kelapa.
                       “Minyak  kelapa  hampir  habis.  Di  saat  aku  tidak  memiliki  uang  seperti
                  sekarang  ini,  ada  saja  kebutuhan  yang  harus  dibeli,”  gumam  ibu  Nome
                  sambil  melanjutkan  pekerjaannya  menyalakan  sebuah  lampu  minyak  yang

                  diletakkannya di sudut rumah.
                       Ibu  Nome  melanjutkan pekerjaannya  memasak  untuk  makan  malam.
                  Sebelum berangkat ke hutan, ibu Nome sempat memetik daun ubi yang ditanam

                  di pagar sekitar rumah.  Daun ubi  dari dataran tinggi  Gayo dapat dimasak
                  menjadi gulai yang lezat rasanya. Setelah memasak sayur daun ubi, ibu Nome








                                                            7
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21