Page 26 - Cerita Nome
P. 26

“Untuk apa kau membawa kucing ini ke rumah kita? Kucing ini hanya akan

                  menyusahkan kita saja. Kita tidak akan sanggup memberinya makan karena
                  kita saja kekurangan makanan,” kata ibu Nome.
                       “Ibu tenang saja. Aku akan membagi jatah makanku dengan kucing ini.
                  Aku yakin dengan menolong makhluk ciptaan Tuhan, kita juga akan mendapat
                  pertolongan dari Tuhan,” kata Nome.

                       “Baiklah, kau boleh memelihara kucing ini,” kata ibu Nome.
                       Selanjutnya  ibu  Nome  menyuruh  Nome  masuk  ke dalam  rumah.  Ia
                  juga kembali berpesan kepada Nome agar esok hari Nome kembali mencari

                  pekerjaan. Nome pun mengiyakan perkataan ibunya.
                        Keesokan harinya Nome kembali bersiap-siap untuk mencari pekerjaan.
                  Nome  berjalan  dengan  penuh  semangat.  Ia  bertekad  untuk  segera
                  mendapatkan pekerjaan. Setelah berjalan sekian lama Nome sampai di suatu
                  kebun  alpukat  yang  sedang  berbuah.  Beberapa  orang  sedang  memanen

                  alpukat di kebun tersebut.
                       “Memetik  alpukat  adalah  pekerjaan  yang  mudah.  Aku  pasti  dapat
                  melakukannya,” begitu pikir Nome. Ia bergegas menjumpai si pemilik kebun

                  alpukat.
                       “Paman, aku sedang mencari pekerjaan. Bolehkah aku membantu memetik
                  alpukat di kebun paman?” tanya Nome pada si pemilik kebun.
                       “Aku mengenalmu, Nome. Kau belum pernah melakukan pekerjaan apa
                  pun.  Aku  tidak  mau  kau  memetik  buah  alpukat  yang  masih  mentah  yang

                  rasanya pahit dan tidak enak untuk dimakan. Pergilah kau ke tempat yang
                  lain dan carilah pekerjaan yang lain saja!” kata si pemilik kebun yang tidak
                  mengizinkan Nome bekerja di kebun miliknya.

                       Nome  meninggalkan  kebun  itu  dan  ia  kembali  berjalan  sampai  merasa
                  lelah. Ketika dilihatnya ada sebuah batu besar, ia pun menuju ke sana. Ia
                  duduk dan beristirahat di balik batu itu. Ia pun memejamkan matanya sejenak.
                  Tiba-tiba ia mendengar suara keras dari dengkingan anjing. Suara anjing itu
                  terdengar  begitu  dekat  dengannya.  Ia  melihat  seorang  laki-laki  menyeret

                  seekor anjing yang diikat dengan tali. Laki-laki itu memukul si anjing dengan
                  sebilah  kayu.  Anjing  itu  mendengking-dengking  kesakitan.  Nome  segera
                  mempercepat langkah kakinya agar ia dapat segera mendekati laki-laki yang

                  sedang menyakiti anjing itu. Nome kasihan pada anjing itu.










                                                           17
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31