Page 38 - Cerita Nome
P. 38
“Pak, keripik talas ini benar-benar enak. Tolong Bapak membungkusnya
menjadi lima bungkus besar. Saya akan membawa keripik talas ini untuk
saudara-saudara saya di kampung seberang sebagai oleh-oleh,” kata pembeli
itu.
Orang itu segera membungkus keripik talas yang diminta oleh si pembeli.
Ia mengambil keripik talas yang sudah lama digoreng sehingga keripiknya
sudah tidak renyah lagi dan baunya mulai tengik.
“Biar saja aku berikan keripik talas yang sudah lama digoreng kepada
pembeli itu, yang penting keripik talas yang aku jual habis semuanya,” kata
orang itu.
Hari itu orang tersebut begitu senang karena banyak barang di kedainya
habis dibeli oleh pembeli.
“Aku akan mendapatkan untung banyak jika barang-barangku selalu dibeli
oleh banyak orang seperti hari ini. Hal ini dapat mengurangi rasa kesalku
karena aku tidak tahu cara menggunakan sarung ular milik Nome yang telah
aku curi,” kata orang itu.
Pada siang hari istri orang itu datang berkunjung ke kedainya. Istrinya
membawakannya makan siang.
“Pak, lihat, makanan apa yang kubawakan untukmu! Aku tadi memasak
gulai ikan bandeng,” kata istri orang itu dengan gembira.
“Dari mana kau mendapatkan ikan bandeng ini?” tanya orang itu.
“Ikan ini aku ambil dari kolam ikan milik tetangga kita. Mereka kan
memelihara ikan untuk dijual. Ketika mereka sedang tidak berada di sekitar
kolam, aku ambil saja beberapa ekor ikan untuk kumasak. Beberapa ekor ikan
yang kuambil tidak akan membuat mereka rugi,” kata istri orang itu.
“Lezat sekali gulai ikan ini,” kata orang itu sambil menikmati makanan
yang dimasak oleh istrinya.
“Aku juga mengambil ayam hitam betina milik mereka,” kata istri orang
itu lagi.
“Jadi, bukan hanya ikan bandeng mereka saja yang kau ambil?” tanya
orang itu.
“Tunggu dulu. Kau harus mendengarkan penjelasanku lebih dulu. Ayam
hitam betina kita hilang, lalu sebagai gantinya aku mengambil salah satu
ayam hitam betina yang ada di kandang ayam mereka,” kata istri orang itu.
“Kelakuanmu persis seperti kelakuanku,” kata laki-laki itu sambil tertawa.
29