Page 40 - Cerita Nome
P. 40
4
NOME INGIN MEMINANG PUTRI RAJA
Nome terus tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Meskipun belum
mendapatkan pekerjaan, ia mulai dapat membantu pekerjaan ibunya di rumah.
Ia terus belajar berbagai hal yang dapat dilakukannya. Sekarang Nome sudah
dapat mengurus ayam dan itik. Ia membuat kandang ayam dan kandang
itik di belakang rumahnya yang berhalaman sempit. Halaman ruman Nome
yang kecil itu dimanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Nome juga menanam
batang labu dan kacang panjang yang sering dimasak oleh ibunya menjadi
sayur. Telur yang didapat dari ayam dan itik digunakan untuk lauk sehari-hari
dan sebagiannya dijual ke pasar. Hal ini sangat meringankan beban kehidupan
mereka.
Suatu hari Nome menemui ibunya yang sedang menyiangi pucuk-pucuk
daun labu untuk ditumis menjadi menu makan siang mereka. Nome duduk
mendekat pada ibunya.
“Ada apa, Nome?” tanya ibunya.
“Ibu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” kata Nome.
“Apa yang ingin kau bicarakan Nome? Katakanlah pada ibu,” kata ibu
Nome.
“Aku ingin menikah. Aku ingin meminang salah satu putri raja untuk
menjadi istriku,” kata Nome.
Ibu Nome tersenyum mendengar ucapan Nome. Ia menganggap yang
baru saja diucapkan Nome adalah kelakar belaka.
“Apakah kau tidak mengetahui siapa dirimu, Nome? Kita ini orang miskin.
Kita tidak mempunyai harta berharga. Bahkan, kita juga tidak memiliki sawah
dan kebun. Apa yang dapat kau tunjukkan kepada putri raja sebagai bekalmu
untuk menghidupi putri raja?” kata ibu Nome berusaha mengingatkan Nome.
Nome sudah dapat menduga tanggapan ibunya terhadap permintaannya.
Namun, ia terus berusaha meyakinkan ibunya agar bersedia meminang putri
raja untuk menjadi istrinya.
“Aku yakin sebentar lagi hidup kita akan berubah, Bu,” kata Nome.
31