Page 45 - Cerita Nome
P. 45
“Ada keperluan apa Bibi datang untuk menemuiku?” tanya putri pertama.
Rasa tidak suka pada ibu Nome mulai muncul di dalam dirinya. Ia melihat ibu
Nome yang berpakaian sangat sederhana dan hanya bersandal jepit.
“Sebelum bibi mengatakan maksud kedatangan bibi padamu, duduklah
di dekat bibi. Bibi membawakanmu beberapa macam kue yang bibi buat
sendiri. Bibi bangun pagi-pagi sekali dan langsung memasak kue-kue ini. Ayo,
duduklah di sini di dekat bibi! Mari kita berbicara sambil makan kue,” ajak ibu
Nome pada putri pertama.
Putri pertama duduk dengan enggan di samping ibu Nome yang berpakaian
lusuh. Ia menolak ketika ibu Nome menyodorkan kue yang dibuatnya sendiri
yang dibungkusnya di dalam daun ke hadapan putri pertama.
“Aku sudah kenyang, Bibi. Apa keperluan Bibi datang kemari? Cepat
katakanlah, Bibi!” kata putri pertama.
“Putri, bersediakah putri menjadi menantu bibi? Bibi memiliki seorang
anak laki-laki yang bernama Nome. Sekarang dia sudah menjadi pemuda yang
sangat tampan. Dia pasti sangat serasi untuk menjadi pendamping putri,”
kata ibu Nome.
“Bibi dan anak bibi hidup dalam keadaan miskin. Aku melihat keadaan Bibi
saja, aku langsung mengetahui betapa miskinnya kehidupan kalian. Apalagi,
anak Bibi itu kerjanya hanya tidur dan makan. Aku tidak mau menjadi menantu
Bibi,” kata putri pertama.
Ibu Nome diam sejenak. Ia sudah dapat menduga jawaban yang akan
diberikan oleh putri raja. Ia mau datang ke istana raja karena rasa sayangnya
yang sangat besar kepada anaknya, Nome.
“Bibi tidak akan memaksamu, Putri. Kau berhak menentukan pilihanmu
sendiri,” kata ibu Nome.
Ibu Nome berpamitan pada raja dan putri pertama. Ia juga mengatakan
bahwa ia akan datang lagi besok hari untuk menanyakan hal yang sama
kepada putri kedua. Setelah ibu Nome pulang, putri kedua dan putri ketiga
datang menemui putri pertama. Putri-putri yang lain sedang berada di luar
istana untuk berjalan-jalan. Putri kedua dan putri ketiga ingin mengetahui
yang dikatakan ibu Nome pada putri pertama. Putri pertama menceritakan
mengenai maksud kedatangan ibu Nome ke istana pada kedua saudaranya.
“Aku mengenal Nome. Aku pernah melihatnya ketika ada perayaan di
istana. Semua penduduk kampung datang ke istana untuk ikut membantu.
Ketika itu pemuda-pemuda yang lain sibuk dengan berbagai pekerjaan untuk
36