Page 13 - Cerita Ana Halo
P. 13

menyadari  walaupun  sudah  berumah  tangga

            masing-masing,  mereka  masih  dalam  satu  garis

            keturunan yang sama.

                 Moi  dan  Peba  tetap  saja  tampak  kurus.  Tak

            ada hari yang mereka lewatkan tanpa rasa lapar.

            Tidaklah mungkin rasanya  setiap  hari hanya

            mengharapkan  belas  kasihan  dari  penduduk

            kampung.  Jika  Peba  merengek  kelaparan,  Moi,

            kakaknya hanya dapat membujuk dan menguatkan

            hati adiknya dengan berkata, “Kalau sudah besar

            nanti,  kita  akan  tanam  padi  dan  jagung  yang

            banyak di kebun peninggalan Ayah sehingga kita

            tidak melarat dan kelaparan seperti sekarang ini.”

            Ia berkata sambil memeluk adiknya.

                 Setiap hari, Moi dan Peba berkeliling kampung

            mencari sisa-sisa makanan yang dibuang orang.

            Sisa-sisa  makanan  itu  mereka  kumpulkan  untuk

            dapat mereka makan. Biasanya, mereka mencari

            makan di tempat orang biasa menumbuk jagung.




                                          6
                                          6
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18