Page 16 - Cerita Ana Halo
P. 16

lama. Mereka harus melewati jalan setapak dan

            bebatuan yang tampak tidak beraturan.

                 Moi  dengan  sabar  menuntun  adiknya.  Ia

            masih  mengingat  dengan  jelas  jejak-jejak  yang

            dulu  pernah  dilewatinya  bersama  kedua  orang

            tuanya.  Masa-masa  ketika  ia  masih  digendong

            oleh  ayahnya  dalam  perjalanan  ke  kebun

            masih  terekam  dengan  jelas  dalam  ingatannya.

            Nalurinya sebagai anak sulung muncul. Ia merasa

            bertanggung jawab terhadap adiknya agar tidak

            lapar  lagi.  Beban  yang dipikulnya  begitu  berat.

            Semakin  ia  memikirkannya,  semakin  besar  pula

            tekadnya  untuk  bisa  mandiri.  Meskipun masih

            bergelut  dalam  kebingungan  tentang  entah  apa

            yang akan dilakukannya.

                 Tak terasa keduanya telah sampai di kebun

            milik  kedua  orang  tuanya.  Moi melemparkan

            pandangan ke seluruh penjuru kebun. Kebun itu

            tampak  seperti  hutan,  yang  ada  hanya  semak





                                          9
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21