Page 18 - Cerita Ana Halo
P. 18

belukar.  Tak  ada  tanaman  yang  dapat  dimakan

            karena  sudah  lama  tidak  diolah.  Sejak  orang

            tuanya  meninggal,  baru  kali  ini  Moi  dan  Peba

            menjejakkan  kaki di  tempat  ini  lagi.  Hanya  ada

            pohon  mangga  yang  tumbuh  dengan  tegak  di

            tengah-tengah  kebun  yang  besar  itu  menjadi

            satu-satunya  harapan  mereka.  Pohon  mangga

            yang  berbuah  lebat  dan  sudah  ranum  membuat

            mereka sangat senang.

                 Sambil  mendekati  pohon  mangga  itu,  Peba

            berkata  kepada  kakaknya,  “Kakak,  lihat  pohon

            mangga  ini!  Buahnya  sangat  banyak  dan  sudah

            masak.  Untuk  sementara,  kita  bisa bertahan

            hidup dengan memakan mangga itu.”

                 Peba begitu kegirangan.

                 “Iya,  Adik Peba.  Dahulu,  Ayah  menanam

            banyak  tanaman  di sekitar  kebun  ini.  Karena

            tidak  dirawat,  sebagian  besar  tanaman  telah

            mati.  Ternyata,  hanya  pohon  mangga  ini  satu-





                                         11
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23