Page 31 - Cerita Ana Halo
P. 31

berdua  melepas  lelah  dan  berteduh  di  bawah

            pohon mangga. Begitu rasa letih hilang, mereka

            kembali melanjutkan pekerjaannya dengan penuh

            semangat.  Mereka  berdua  betul-betul  berusaha

            untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.

                 Moi memandang adiknya Peba yang bekerja

            tanpa mengeluh sedikit pun dengan penuh belas

            kasih.

                 “Tidak  seharusnya  kita  berdua  membanting

            tulang  seperti  ini,  Dik.  Namun,  apa  boleh  buat.

            Nasib memaksa kita untuk tidak boleh menyerah

            dengan keadaan. Saya berjanji, begitu pekerjaan

            kita selesai dan usaha di kebun ini berhasil, kita

            berdua  tidak  akan  lapar  lagi,” janji  Moi  dalam

            hati.

                 Selama mereka mengerjakan kebun, mereka

            tinggal  di  gua  tempat  biasa  mereka  berteduh.

            Untuk  makanan  sehari-hari  selama  di kebun,

            karena buah mangga telah habis, Moi dan Peba




                                         24
                                         24
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36