Page 30 - Cerita Asal-Usul Nama Kampung Uka-Uka
P. 30

orang itu duduk lalu menyodorkan segelas air.
            Kemudian orang itu pun menjawab.

                “Gawat,  Datu...  gawat....  Kampung  kita

            dalam bahaya. Istri Datu pun dalam bahaya.

            Lekaslah  ke  kampung!  Tolong  kami,  Datu!

            Orang-orang itu harus dilawan. Kasihan juga
            istri Datu,” jelas perempuan itu.

                Meskipun terkejut mendengar istrinya

            tengah dalam bahaya, Ning Mundul tetap
            tenang dan sabar. Ia masih meraut rotan untuk

            dijadikan  pengikat  tiang-tiang  pondok  yang

            akan  didirikannya.  Biasanya  di  setiap  kebun

            atau sawah pasti dibangun sebuah pondok kecil

            dan sederhana. Cukup untuk tempat berteduh
            agar tidak kepanasan atau kehujanan.

                Ning Mundul bertanya kepada warga

            kampung tersebut tentang penculik istrinya.
            Warga kampung itu menjawab bahwa ia tidak

            mengenali orangnya dan hanya tahu bahwa

            mereka kawanan perompak yang ganas.









                                                                       21
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35