Page 11 - Cerita Nyi Rengganis dan Taman Banjarsari
P. 11

aku  hidup  dengan  ketimpangan.  Aku harus  bersikap
            bijaksana di depan rakyatku sementara hatiku perih dan

            tiada daya. Aku tidak ingin sang Ratu tergantikan. Aku
            tidak  mau  anakku  menderita.  Tidak!  Ia  tidak  pernah

            tergantikan!  Tidak  akan  pernah  tergantikan!”  Sang
            penguasa meneteskan air mata. Ditatapnya sang putri

            mungil dan diciuminya dengan lembut.
                 Patih  berkata,  “Baiklah,  jika  itu  telah  menjadi

            keputusan Yang Mulia. Hamba tidak mampu menolaknya.
            Akan hamba sampaikan keputusan Yang Mulia kepada

            seluruh rakyat di wilayah keraton ini. Ampuni hamba.”
                 “Ya, Kisanak. Aku akan segera berkemas. Aku akan

            menunjuk  Dinda  Karanggana  sebagai  penggantiku.
            Setelah penyerahan kekuasaan aku akan segera pergi

            dari tempat ini.”
                 “Baik, Yang Mulia.”

                 Namun, apa daya, rakyat Djamin tidak dapat
            menghalangi kepergian sang penguasa bersama putri

            semata  wayangnya,  Nyi  Rengganis.  Keesokan  hari,
            sang  penguasa  mengangkat  adik  sepupunya,  Raden

            Karanggana,  sebagai  penguasa  di Keraton  Djamin.  Ia
            berpesan kepada penggantinya agar lebih mengutamakan

            kepentingan rakyatnya. Ia menginginkan sang pengganti



                                          4
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16