Page 33 - Cerita Nyi Rengganis dan Taman Banjarsari
P. 33

“Benar,  Yang  Mulia.  Pendatang  itu  tidak  pernah
            melalui pintu atau melompati pagar. Semua sudah kami

            teliti. Tidak ada jejak sama sekali.”
                 “Apa kaubilang? Tidak ada jejak? Bagaiama bisa?

            Apa yang dilakukannya di tamanku?”
                 “Ia memetik beberapa kuntum bunga. Mungkin ia

            mandi di Telaga Wangi. Kami menemukan jejak kakinya,
            Yang Mulia.”

                 “Bodoh sekali….. bagaimana bisaaaa?” Buuukkkk!
            Raden Iman Suwangsa memukulkan tinjunya pada meja

            kayu  yang  ada  di depannya.  Dilemparnya  guci-guci
            dan beberapa cawan perak yang ada di atas benda itu.

            Brraaaannkkkkkk!  “Bunga….  Bungaa….  Bunga  mana
            yang diambilnya? Bunga mana yang diambilnya?”

                 “Ampun beribu ampun, Yang Mulia. Dari penjaga
            taman, beberapa bunga sudah dipetik, bunga sumarsana,

            ergulo, naga-puspita, dan tunjung-tutur.”
                 “Dasar  penjahatttt!  Itu  bunga  kesayanganku…!

            Huaahhhh!” Ditinjunya cermin yang tergantung di atas
            meja.  Blaannnkkkk…. Pecahan  cermin  berserakan  di

            lantai. Patih Arya menunduk.








                                         26
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38