Page 35 - Cerita Nyi Rengganis dan Taman Banjarsari
P. 35

Emosi yang tidak terkendali membuat Raden Iman
            Suwangsa sering jatuh pingsan. Terkadang ia menangis

            sendiri  di dalam  kamarnya.  Ia  tidak  rela  kehilangan
            bunga-bunga yang hanya dimilikinya itu. Ia tidak rela

            jika orang lain memilliki benda kesayangannya itu.
                 “Duuhhhh,       siapa     pencuri     bunga-bungaku?

            Bagaimana  ia  bisa  mengambil  bunga  itu?  Padahal,
            pintu  taman  tetap  terkunci  rapat?  Berani-beraninya

            ia  memetik  bunga  dan  membawanya  pergi.  Bunga  itu
            hanya milikku… hanya milikku! Huuuhhhh!” Dipukulnya

            bantal, kasur, dan guling dengan geram berkali-kali. Ia
            sangat membenci si pencuri itu.

                 “Aku benci kalian! Aku benci kaliaaaan!” Umpatnya
            kepada  para  penghuni  istana  dengan  sangat  geram.

            Air  mata  kesal  dan  sedih  mengalir  deras  membasahi
            alas tidurnya. Lalu, ia terdiam. Raden Iman Suwangsa

            kembali tidak sadarkan diri.
                 Pintu  peraduan  Raden  Iman  Suwangsa  perlahan

            terbuka.  Patih  kepercayaan  sang  putera  mahkota,
            Pangeran Arya Narpatmaja masuk untuk mengantarkan

            makanan kepada tuannya. Melihat kondisi sang putera
            mahkota,  patih  setia  itu  segera  memeriksa  keadaan

            tuannya  itu.  Diambilnya  sehelai  saputangan  handuk



                                         28
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40