Page 41 - Cerita Nyi Rengganis dan Taman Banjarsari
P. 41

Baginda Hamzah kecewa dengan sikap anak yang ia
            dambakan kelahirannya itu.  Emosinya memuncak, lalu

            berkata keras kepada anaknya, “Ananda, tak dapatkah
            kau bicara santun layaknya seorang pangeran dewasa

            pada  kedua orangtuamu!  Pantaskah  kau  berbicara
            dengan membalikkan badanmu semacam itu! Bicaramu

            bukan adab seorang pangeran! Duduk, Nanda!! Aku ini
            A-YAH-MU!! Duduk!  Bangun!”  Nada  keras  sang  ayah

            memaksa  Raden  Iman  Suwangsa  membalikkan  badan
            dan duduk di tepi pembaringan. Wajahnya mengkerut

            karena marah dan kesal berbaur menjadi satu.
                 “Apa salah, Ananda, Ayah-Ibu? Hamba hanya ingin

            menangkap  pencuri  bunga  itu!  Itu  saja!  Tidak  lebih.”
            Raden Iman Suwangsa membela diri.

                 “Apa kamu bilang, Nanda? Hanya ingin menangkap
            pencuri! Untuk apa? Sudah jelas-jelas bungamu hilang.

            Bungamu  dipetik!  Bunga  dipetik  bisa  tumbuh  lagi!
            Tunggulah beberapa waktu!”

                 “Ayahanda  mudah  sekali  berkata  seperti  itu.
            Begitukah  kepedulian  Ayah  padaku?”  Raden  Iman

            Suwangsa balik bertanya.
                 “Begitu mudahnya kesopananmu raib hanya karena

            benda sepele?” tanya Baginda Hamzah.



                                         34
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46