Page 42 - Cerita Nyi Rengganis dan Taman Banjarsari
P. 42
“Sudahlah, Suamiku. Ananda, benar kata
ayahandamu. Sudah seharusnya kamu dapat berpikir
dengan lebih baik. Apa iya hanya karena si pemetik
bunga, seorang pewaris tahta harus jatuh dan
tersungkur di kubangan lumpur? Pikirkan, Nak. Kamu
sudah dewasa. Tidak lama lagi, jika kami tiada, kamulah
yang meneruskan kerajaan ini.”
“Ibunda. Selalu membela ayahanda. Sama saja.
Tidak pernah mengerti kecewanya ananda.”
“Ahh, sudahlah Ananda! Janganlah kamu lemah
seperti ini. Bukan adab seorang pangeran calon raja
jika kau bertindak seperti anak kecil.”
“Ayahanda sudahlah! Tidak perlu berpanjang-
panjang! Ananda bosan dengan keributan ini!” Raden
Iman Suwangsa lalu menjatuhkan kembali tubuhnya ke
atas pembaringan dan membalikkan badannya. “Biarkan
aku menentukan sendiri apa yang aku inginkan.”
“Haahhh…. Apa yang akan kamu lakukan pada si
pencuri itu?” tanya Baginda Hamzah.
“Akan kujatuhkan sanksi yang berat kepadanya,
Ayahanda,” jawab Raden Iman Suwangsa.
“Ananda, apa perlu kamu melakukan hal itu?”
tanya sang ibu.
35