Page 12 - Pangeran Saputra
P. 12
Permaisuri tampak murung. Ia menundukkan wajahnya
menghindari tatapan suaminya. Dalam hatinya, ia merasa
berat berpisah dengan putranya. Akan tetapi, apa yang
dikatakan suaminya pun benar. Ia pun ingin mempunyai putra
yang pemberani dan bertanggung jawab.
“Hai, Dinda! Mengapa kau diam saja?, tanya
Mangkunegara. “Katakanlah, Dinda, apakah kau keberatan
untuk berpisah dengan putra kita? Bukankah itu hanya untuk
sementara saja kita berpisah?”
Permaisuri tampak menitikkan air matanya lalu dengan
lirih ia berkata, “Kanda, Saputra adalah putra kita satu-
satunya. Aku hanya merasa khawatir jika terjadi apa-apa
dengannya dan ia tak bisa kembali bersama kita lagi. Ia tidak
pernah pergi jauh dalam waktu yang lama, Kanda”
“Jangan kau terlalu khawatir, Dinda. Ini demi masa
depannya. Lagi pula, ia tidak pergi seorang diri. Bayan dan
Sangit akan selalu mendampinginya. Akan kuperintahkan pula
dua orang pengawal untuk ikut bersamanya. Kita sebagai
orang tua tentu akan mengiringinya dengan doa-doa kita,”
bujuk Baginda Raja Mangkunegara meyakinkan permasurinya.
6