Page 20 - Pangeran Saputra
P. 20
menggendong anaknya yang sedang menangis. Anak itu terus
menangis sekalipun ibunya sudah berupaya membujuknya.
Sang Pangeran tergerak hatinya untuk menyapa perempuan
itu, “Hai, Ibuku. Apakah itu anakmu? Mengapa ia menangis
terus?”
Si ibu anak itu menjawab, “Benar, Tuan ini anakku. Tadi
ia minta dibelikan kue di sana, tapi tak kubelikan karena
khawatir uangku tidak cukup. Siapakah Tuan ini? Tampaknya
Tuan-Tuan ini bukan penduduk di sini?”
“Benar, Ibu. Kami bukan penduduk di sini. Kami
baru datang dari negeri jauh. Ibu, ini aku ada sedikit uang
untuk membeli kue. Belikan untuk anak ini.” Perempuan itu
memandang Pangeran Saputra. Lalu, dalam hatinya ia berkata,
“Tampan sekali orang muda ini dan sangat dermawan. Setelah
itu, diterimanya uang itu sambil berkata, “Terima kasih, Tuan.”
mereka pun berlalu.
Setelah Sangit kembali menghampiri mereka, mereka
meneruskan perjalanan. Beberapa lama kemudian, sampailah
mereka di hutan. Malam itu mereka sepakat untuk bermalam
di sana. Kedua pengawalnya berjaga-jaga. Sementara, Bayan
dan Sangit menggelar tikar dan menyusun kayu-kayu untuk
dibakar.
14