Page 17 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 17
nasib desa yang saya pimpin. Ya, Tuhan Yang Mahakuasa, tolonglah hamba-
Mu ini dalam mengatasi kesulitan.”
Tidak lama Pak Luruh berpikir-pikir, tiba-tiba Silas mewakili tiga temannya
berkata, “Pak Lurah, kami bersedia membawa binatang itu ke desa ini. Kami
bertiga siap menuju gunung itu.”
“Iya, Pak, saya siap berangkat kapan pun,” kata Natan.
“Saya juga, Pak. Saya siap ditugaskan untuk menuju gunung yang tinggi
itu. Kami tidak takut menghadapi tantangan yang berat,” sahut Pilemon
dengan bersemangat.
Guru Sinai dan Pak Lurah sangat senang mendengar kesediaan tiga
pemuda itu menuju Gunung Zege. Wajah Guru Sinai dan Pak Lurah berseri
penuh harap. Itu pertanda bahwa mereka sangat yakin wabah penyakit di
Desa Bilai akan hilang. Sebagai ungkapan rasa senangnya kepada Guru Sinai,
Pak Lurah menceritakan perihal tiga pemuda tersebut.
“Guru, perlu diketahui bahwa ketiga pemuda itu, Silas, Natan, dan
Pilemon, merupakan pemuda terbaik di desa ini. Mereka aktif di Desa Bilai.
Kalau terjadi sesuatu di desa ini, mereka dengan cepat akan turun tangan.
Di antara mereka itu, yang paling muda adalah Silas, sedangkan yang tertua
adalah Pilemon.”
“Bagus! Saya ikut senang dan bangga dengan sikap pemuda yang seperti
itu. Mereka peduli dengan lingkungannya. Bagus! Kalian itu saya sebut
sebagai pemuda harapan Desa Bilai,” kata Guru.
“Terima kasih, Guru,” jawab Pilemon.
Saat melihat Silas, Guru tertarik dengan keadaan fisiknya yang sangat
besar, tetapi usianya paling muda.
“Silas, kamu masih muda, tetapi mempunyai rasa peduli yang besar.
Apakah yang akan kamu lakukan itu tidak mengganggu sekolahmu?”
“Guru, kebetulan sekarang ini sedang liburan sekolah. Dengan demikian,
apa yang akan saya lakukan tidak mengganggu sekolah saya. Kalau pun harus
sekolah, saya akan meminta izin kepada bapak dan ibu guru untuk melakukan
tugas ini. Saya tidak ingin desa saya ini menderita,” kata Silas dengan polos.
09