Page 22 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 22
“Daerah sini masih banyak binatang buas. Bila malam hari, ada saja
binatang buas yang tiba-tiba muncul,” kata pencari kayu.
“Apa hutan di sini membahayakan?” sela Pilemon
“Tidak membahayakan asal kalian tidak mengganggu binatang yang
tinggal di hutan sini.”
“Apakah ada orang yang mengganggu binatang di hutan ini, Pak?” tanya
Silas.
“Biasanya yang mengganggu itu pemburu binatang. Mereka yang berburu
binatang umumnya hanya untuk dimakan. Kalau hal itu sering dilakukan,
binatang di hutan ini akan punah,” kata pencari kayu dengan bersemangat.
“Wah, seram juga, ya, Pak. Kami tidak akan melakukan seperti itu, Pak,”
kata Silas menjelaskan.
“Yang juga harus kalian perhatikan adalah kalian jangan memetiki bunga
di hutan dan jangan menebang pohon apa pun. Bunga dan pohon yang ada di
hutan ini merupakan kekayaan yang harus kita pelihara,” kata pencari kayu.
“Baik, Pak! Kami akan selalu mematuhi aturan yang berlaku di tempat
ini,” jawab Pilemon mewakili teman-temannya.
“Niat kalian itu bagus. Bapak doakan semoga perjalanan kalian di hutan
ini akan aman dan berjalan lancar,“ kata pencari kayu.
“Baik, Pak. Terima kasih,” kata Silas, Natan, dan Pilemon secara bersama-
sama. Selanjutnya, mereka berpisah dengan pencari kayu. Mereka menelusuri
jalan sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh pencari kayu tersebut.
Semangat mereka kembali terpacu.
Tanpa terasa hari sudah sore. Matahari telah redup. Dingin mulai terasa.
Silas, Natan, dan Pilemon berjalan semakin cepat. Yang terpikir dibenak
mereka adalah agar mereka cepat sampai. Mereka membayangkan apabila
pada malam hari mereka masih di hutan dan bertemu dengan binatang buas,
tentu di antara mereka akan diterkam. Hal itu tidak diinginkan. Oleh karena
itu, mereka semakin memacu kecepatan langkahnya hingga mereka bisa
keluar hutan.
14