Page 25 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 25
Penjaga Gunung Zege, Saka dan Jeda, silih berganti memberi petunjuk
kepada mereka. Ketiga pemuda itu diam menyimak apa yang disampaikannya.
“Jalan menuju gunung itu terjal. Jika hujan, jalannya licin. Banyak batu
besar yang menghalangi jalan. Jadi, kalian harus berhati-hati. Usahakan
kalian bisa sampai di sana semalam saja untuk menghindari hujan,” kata
Jeda.
“Kalau memang kemalaman, kalian beristirahat dulu, jangan dipaksakan.
Cari tempat istirahat yang aman. Bebatuan di gunung dapat kalian jadikan
tempat beristirahat. Paling tidak dapat dijadikan sandaran untuk tiduran
kalian,” kata Saka menambahkan.
“Benar! Kalian dapat menyandarkan badan di bebatuan. Bebatuan di
gunung itu indah-indah. Ada yang menyerupai bentuk kursi. Kalau kalian
menemukan bentuk seperti itu, dapat digunakan sebagai tempat istirahat
yang nyaman,” tambah Jeda.
“Pepohonan yang rindang dapat juga digunakan untuk berteduh dari
hujan. Benar, ya, Pak?” sela Silas.
“Iya, benar apa yang dikatakan Silas. Namun, jika kalian berteduh di
bawah pohon juga harus berhati-hati. Yang selalu dikhawatirkan jika ada
petir,” kata Saka.
Sementara itu, Natan dan Pilemon membenarkan pendapat Saka dengan
menganggukkan kepala.
Pembicaraan mereka dihentikan oleh Jeda. Ia meminta mereka
beristirahat karena hari sudah malam. Esok hari pagi-pagi mereka harus
menuju Gunung Zege.
“Sekarang kalian beristirahat dulu agar esok hari dapat pergi ke Gunung
Zege dengan badan yang segar,” saran Jeda.
Silas, Natan, dan Pilemon menuju tempat pembaringan yang disediakan.
Meskipun badan lelah dan mengantuk, mata mereka sukar dipejamkan.
Pikiran mereka melayang ke mana-mana bagai burung terbang tanpa tujuan.
Hati mereka berkecambuk rasa takut dan cemas untuk mendaki Gunung
Zege. Mereka berusaha melawan rasa takut dan cemas, tetapi rasa takut
17