Page 28 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 28
penjaga gunung, yang menyarankannya beristirahat di bebatuan. Untuk itu,
Pilemon mengajak teman-temannya beristirahat.
“Kita beristirahat sebentar di batu sini. Tidak perlu kita tidur. Kita duduk-
duduk saja melemaskan kaki dan mengatur napas.”
Ajakan Pilemon mereka ikuti. Secara serempak mereka menuju bebatuan
yang berdiri tegak. Begitu sampai di bebatuan, mereka duduk berjejer. Kaki
diselonjorkan dan badan disandarkan. Rasa capek mereka terasa berkurang.
Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan. Sedikit demi sedikit tantangan
berhasil dilaluinya hingga mereka sampai puncak.
Setibanya di puncak, mereka disambut dengan hujan deras dan petir.
Silas dalam hati berkata, “Apa ini artinya, begitu kami sampai puncak, hujan
turun begitu deras? Apa ini pertanda kami ditolak?” Pertanyaan itu muncul
di benaknya karena mereka merasa was-was. Namun, kemudian pertanyaan
itu terlupakan ketika Natan mengajak berteduh.
“Teman-teman, kita berteduh dahulu di bawah pohon itu. Pohon itu cukup
rindang untuk berteduh. Sekaligus kita dapat melepas segala rasa capek agar
semangat kita muncul lagi.”
“Kita juga sekalian makan bekal yang diberi oleh Pak Saka dan Jeda.
Hujan-hujan begini pasti nikmat makan bersama-sama,” kata Silas.
“Kalau yang akan akan tidur dulu juga bisa. Siapa yang akan tidur dulu?”
sahut Natan.
“Namun, jangan tidur bersama-sama. Kita bagi tugas, ya!“ saran Pilemon.
Mereka memutuskan istirahat di bawah pepohonan. Tugas telah dibagi.
Silas dan Natan meminta tidur terlebih dulu. Sementara itu, Pilemon berjaga
sambil makan bekal yang diberi penjaga gunung. Sehabis makan, tidak terasa
Pilemon tertidur sehingga mereka serempak tidur lelap begitu nyenyak bagai
dihipnotis. Angin kencang dan petir pun tidak mampu membangunkan mereka.
20