Page 30 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 30
“Saya tidak takut, Pilemon. Niat saya yang sudah bulat untuk
menyelamatkan Desa Bilai menjadikan saya tidak gentar dengan binatang
sebesar apa pun,” kata Silas membela diri.
“Bagus, Silas!” kata Natan memujinya.
Mereka kembali berkumpul. Mereka menentukan langkah selanjutnya.
Bersamaan itu, terdengar suara seperti suara orang mengesot. Mereka
bergerak mencari suara itu. Di sekeliling tempat berteduh diamatinya suara
itu dengan cermat. Silas yang berada di sebelah baratberteriak, “Haaaiii!
Biawaknya ada di sini.” Kemudian, Natan dan Pilemon cepat-cepat mendekati
Silas.
“Saya melihat biawak ada di pojok itu. Tadi saya melihat ekornya
bergerak-gerak. Namun, begitu saya berteriak, binatang itu menuju ke dalam
rerimbunan itu,” kata Silas.
“Apa kamu tadi tidak salah lihat. Yang kamu lihat itu benar-benar biawak
yang sedang kita cari atau binatang lain,” kata Natan.
“Kalau begitu, kita mencarinya di sekitar sini saja. Jangan berteriak
seandainya kalian melihat binatang apa saja. Jeritan itu menakutkan binatang
karena mungkin ia merasa akan dicederai. Bisa-bisa kalian yang diterkem
karena kalian menjerit,” kata Pilemon.
“Baik, tetapi jangan menakuti-nakuti begitu,” kata Silas.
Dugaan Silas benar. Ternyata, binatang yang dilihatnya itu memang biawak.
Binatang itu keluar dari rerimbunan dengan memperlihatkan kepalanya.
Pelan-pelan biawak itu merayap keluar dari rerimbunan sehingga seluruh
badannya terlihat. Silas, Natan, dan Pilemon meyakininya bahwa biawak
yang dilihat di depan mata mereka benar-benar biawak yang dicarinya.
Pada awal melihat biawak itu, Silas, Natan, dan Pilemon ketakutan
karena bentuknya aneh. Gerak-geriknya menyeramkan. Matanya melotot.
Ekornya bergerak-gerak. Mereka ragu menangkapnya karena takut digigit.
Lama-kelamaan diamati, biawak itu matanya berkedip-kedip seolah meminta
diambil. Silas mencoba mendekat dengan mengangkat tangan sebagai tanda
perkenalan. Biawak itu menyambutnya dengan mengedip-ngedipkan matanya.
22