Page 37 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 37

Pak  Lurah  yang  berada  di  dalam  rumah  tidak  sabar  ingin  mengetahui

                  banyak tentang biawak itu. Silas, Natan, dan Pilemon segera menemui Pak
                  Lurah.  Di hadapan  Pak  Lurah  mereka  bercerita  tentang  biawak  itu  dan

                  korban yang diminta biawak apabila permintaan ingin dikabulkan. Pak Lurah

                  mendengarkan dengan serius. Lalu, ia berkata.
                       “Biawak  itu  sudah  di  sini.  Bagaimana  cara  meminta  biawak  itu  agar

                  mengusir wabah penyakit di desa kita ini. Saya sudah tidak sabar lagi. Saya

                  ingin segera  wabah penyakit di desa ini segera musnah.”
                       “Pak Lurah, kita tidak perlu tergesa-gesa karena tidak dengan begitu saja

                  kita memintanya. Untuk memintanya, Pak Lurah harus melakukan meditasi.

                  Saat meditasi Bapak dapat meminta apa yang diinginkan,” kata Silas
                       “Kapan,  kita tahu bahwa permintaan kita dikabulkan,” lanjut Pak Lurah.

                       “Saat itu juga akan dijawab dengan tanda-tanda tertentu. Kalau
                  permintaan Pak Lurah dikabulkan, masih ada satu lagi yang harus dilakukan

                  Pak Lurah,” kata Natan.

                       “Apa yang harus saya lakukan?’” sela Pak Lurah.
                       “Pak  Lurah harus  memberi  korban  sepuluh ekor babi,” kata  Natan

                  menambahkan.
                       “Saya siap memenuhinya nanti malam agar roh jahat penyebar wabah

                  penyakit di desa kita ini cepat hilang,” kata Pak Lurah.

                       “Benar, Pak. Semakin cepat dilakukan akan semakin baik,” kata Pilemon.
                       Pak Lurah yang mencintai warganya berusaha agar warganya sehat semua.

                  Untuk itu, ia ingin cepat-cepat melakukan meditasi seperti yang dijelaskan

                  Natan. Pada malam harinya, Pak Lurah melakukan meditasi. Ia melakukannya
                  cukup lama karena harus khusuk hingga benar-benar pikirannya terpusat pada

                  permintaannya. Di tengah meditasi itu,  di kandang berubah menjadi seorang

                  laki-laki tua, besar, tinggi, berambut putih panjang, dan  berpakaian putih.
                  Dalam meditasinya itu, Pak Lurah  didatangi laki-laki tua itu. Saat  ia datang,

                  udara di sekelilingnya menjadi dingin. Selain itu, ada suara “hussssss” seperti
                  angin kencang. Kemudian, ada orang yang membisikinya, “Wabah penyakit di






                                                           29
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42