Page 44 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 44
Pak Lurah terpojok seperti dalam tekanan. Kata-kata Damos dan Gona
yang masuk di telinganya mampu menggoyang pandangan Pak Lurah. Ia mulai
terpengaruh dengan bujukan Damos dan Gona. Dalam hatinya mulai terpikir,
“Wah, benar juga kata mereka. Saya ingin warga desa saya ini semuanya
hidup tidak kekurangan. Dengan begitu, warga akan hidup senang. Kalau
warga saya kaya dan hidup senang, saya akan dikenang sepanjang waktu.
Apa artinya saya menjadi lurah kalau tidak dikenal sebagai lurah yang baik.”
Tiba-tiba Pak Lurah berkata, “Apakah kalian sudah tahu bahwa untuk
meminta apa pun kepada biawak itu diperlukan binatang untuk korban.
Korban itu tidak main-main karena setiap permintaan diperlukan sepuluh
ekor babi. Siapa yang bersedia memberi babi sebanyak itu?”
“Saya dan Gona siap memberikan babi milik orang tua kami untuk korban.
Malam ini pun kami akan menyerahkan babi itu kepada Pak Lurah,” jawab
Damos.
“Babi yang akan kalian berikan itu milik orang tuamu? Apa mereka tidak
marah? Babi itu ‘kan hasil mata pencaharian orang tuamu?” kata Pak Lurah
mengingatkan mereka.
“Pak Lurah, nanti kalau kita sudah banyak kauri, binatang untuk korban
itu pasti saya ganti. Bahkan, gantinya bisa berlipat ganda,” jawab Damos.
“Urusan orang tua saya itu tidak perlu Bapak risaukan. Orang tua saya
itu sangat sayang kepada saya. Dia tidak akan meminta ganti kalau babinya
saya gunakan untuk dijadikan korban,” kata Gona.
“Sudahlah, Pak Lurah, ide kami ini dipenuhi,” kata Damos menimpalinya.
“Nanti malam kalian ke rumah saya,” jawab Pak Lurah dengan singkat.
Jawaban Pak Lurah yang singkat itu dimaknai oleh Damos dan Gona
bahwa Pak Lurah menyetujui keinginannya. Mereka berencana akan ke
rumah Pak Lurah dengan membawa sepuluh ekor babi. Mereka itu sangat
bersemangat untuk mendapatkan kauri dengan mudah. Oleh karena itu,
mereka mau merelakan babi milik orang tuanya dijadikannya sebagai korban.
36