Page 47 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 47

untuk modal usaha. Bahkan, ada yang menggunakannya untuk mas kawin.

                  Sementara itu, Damos dan Gona yang suka mabuk menggunakan kauri yang
                  diperolehnya untuk membeli minuman.

                       “Kalau setiap hari kita dengan mudah dapat mendapatkan kauri, minuman

                  dari yang paling murah sampai yang mahal dapat kita beli,“ kata Damos.
                       “Kita bisa minum sepuas-puasnya,” sahut Gona.

                       “Benar! Namun, bagaimana kalau  kauri ini habis? Kita tidak bisa lagi

                  menikmati minuman seperti ini,” jawab Damos.
                       “Saya akan membujuk lagi kepada Pak Lurah untuk meminta kauri kepada

                  biawak itu,” jawab Gona dengan penuh harapan.

                       Kesukaan Damos dan Gona pada minuman keras menjadikannya lupa
                  akan  janjinya untuk mengganti babi milik orang tuanya. Semua uang yang

                  didapat digunakan untuk membeli minuman.
                       Waktu  terus  berjalan.  Penduduk  Bilai  ketagihan  dengan  uang  yang

                  diperolehnya dengan mudah. Mereka menjadi malas bekerja. Setiap kauri itu

                  habis, mereka membujuk Pak Lurah untuk mengorbankan babi agar biawak
                  mau memberi kauri. Warga desa dengan rela bergantian memberikan babi

                  untuk korban.  Hal itu dilakukan berkali-kali. Pak Lurah dengan mudah tanpa
                  berpikir  panjang  selalu  menuruti  keinginan  warganya  yang  meminta  kauri

                  melalui biawak. Dengan demikian, warga Bilai tidak pernah kehabisan kauri

                  sejak ada biawak di rumah Pak Lurah.
                       Keadaan warga Desa Bilai telah berubah sejak ada biawak di rumah Pak

                  Lurah. Perubahan itu begitu cepat bak membalikkan tangan. Warga yang

                  dulu hidup kekurangan kini kecukupan. Apa saja yang mereka inginkan dapat
                  terpenuhi. Kauri dengan mudah dapat diperolehnya. Keadaan yang demikian

                  menjadikan mereka itu beranggapan bahwa tanpa bekerja mereka dapat

                  memperolah kauri untuk kehidupannya. Untuk itu, mereka yang sudah bekerja
                  dengan hasil yang pas-pasan satu per satu mulai meninggalkan pekerjaannya.

                  Sementara itu, warga yang lainnya mulai merasakan kesulitan menemukan
                  babi.  Banyak  warga  yang  berhenti  sebagai  peternak  babi  sehingga  jumlah

                  babi tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Akibatnya, untuk



                                                           39
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52