Page 51 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 51
Sementara itu, Pak Lurah di rumahnya belum mengetahui bahwa
warganya marah. Selama ini yang ia rasakan adalah warganya senang. Mereka
tidak ada yang kekurangan uang. Dia menganggap keadaan itu merupakan
keberhasilannya memimpin Desa Bilai.
Kini, Silas, Natan, dan Pilemon berada di rumah Pak Lurah. Di hadapan
Pak Lurah mereka menceritakan keadaan Desa Bilai. Pak Lurah ternyata belum
mengetahui keadaan warganya yang marah karena kebutuhan hidupnya,
terutama babi, tidak dapat ditemukan di pasaran.
“Saya belum mengetahui adanya kemarahan warga desa kita ini. Setahu
saya, warga di sini baik-baik saja. Mereka tidak kekurangan uang. Saya selalu
menuruti keinginan mereka jika mereka ingin meminta kauri melalui biawak
itu,” kata Pak Lurah.
“Menurut Pak Lurah, dengan menuruti keinginan warga, keadaan akan
menjadi baik? Mungkin itu kalau sekali atau dua kali dituruti. Namun, Pak
Lurah berkali-kali menuruti keinginan warga. Akibatnya, keadaan warga
justru tidak menjadi lebih baik,” kata Silas.
“Warga menjadi pemalas. Mereka melepaskan mata pencahariannya
dengan harapan selamanya akan mendapatkan kauri secara mudah,” kata
Pilemon.
“Kalian menyalahkan saya?” kata Pak Lurah dengan emosi.
“Tidak, Pak,” jawab Pilemon.
“Kami tidak menyalahkan siapa-siapa. Kami hanya ingin menyelesaikan
masalah warga kita ini bersama Pak Lurah,” kata Natan.
“Apa yang harus saya lakukan,” kata Pak Lurah.
“Pak Lurah, kami mohon Bapak menghentikan permintaan kauri melalui
biawak itu untuk warga desa ini. Apa yang telah Pak Lurah lakukan itu
menyalahi tujuan awal kami membawa biawak ke desa ini,” kata Pilemon.
“Apa kesalahan saya? Saya sebagai lurah harus bisa membuat warganya
sejahtera dan senang. Apa itu salah?” kata Pak Lurah dengan keras.
“Apa Pak Lurah tidak merasa bahwa dengan menuruti keinginan mereka,
di desa kita ini tidak ada lagi babi. Banyak babi telah dikorbankan untuk
43