Page 55 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 55
banyak yang tumbang karena tidak kuat menahan angin. Seketika itu pula
jalan dan halaman rumah tergenang air. Sampah berserakan.
Silas, Natan, dan Pilemon yang sedang berada di rumah Pak Lurah
terhentak dengan suasana alam demikian. Saat Pilemon keluar rumah, ia
terkejut melihat halaman rumah Pak Lurah dan kandang biawak berantakan
bagai diterpa badai. Mereka dengan cepat mengambil tindakan. Pertama
yang dicari adalah biawak.
“Pak Lurah, biawak tidak ada,” kata Silas.
“Kita harus mencari sampai biawak itu kita temukan,” kata Natan.
Mereka mencari biawak di sekeliling rumah Pak Lurah. Silas memanggil-
manggil, “Biawak Gunung Zege, di mana kau berada? Kami akan
menyelamatkanmu. Kembalilah ke kandang. Kembalilah! Kami tidak akan
membunuhmu.”
Ketika mendengar bahwa dirinya tidak akan dibunuh, biawak itu
menjatuhkan dirinya dari pohon, “Bruuuuuk”. Silas, Natan, dan Pilemon
serta Pak Lurah cepat-cepat mengangkatnya dan membawanya ke dalam
kandang. Seluruh badan biawak itu diamati. Tidak terdapat luka apa-apa.
Sesekali ekornya digerak-gerakkan ke kanan dan ke kiri tanda keadaannya
baik-baik saja.
Di hadapan biawak itu, kembali mereka membicarakan keberadaan
biawak dan rencana mengembalikan biawak ke Gunung Zege.
“Pak Lurah, dengan terus terang kami atas nama teman-teman
menyatakan tidak setuju dengan keinginan Bapak untuk membunuh biawak.
Kita harus melestarikan binatang itu. Meskipun biawak itu binatang aneh,
binatang itu juga mempunyai hak hidup,” jawab Pilemon dengan penuh emosi.
“Jangan dibunuh biawak itu! Biawak itu tidak bersalah, Pak Lurah. Yang
salah kita karena kita telah menyalahgunakannya hanya untuk kepentingan
sesaat,” kata Natan dengan tegas.
“Pak Lurah, kami akan bertanggung jawab terhadap biawak itu. Untuk
itu, jalan keluar yang akan kami lakukan adalah mengembalikan biawak itu ke
tempat asalnya,” sahut Silas.
47