Page 9 - Cerita dan Sampul Biawak Zege
P. 9

1. DESA BILAI  GEMPAR



                       Di Desa Bilai pagi itu tidak seperti biasa. Belum juga ada kegiatan pagi,

                  penduduk Bilai digemparkan dengan berita meninggalnya Simon. Ia adalah

                  anak kedua dari dari dua bersaudara. Berita itu cepat tersebar luas. Tanpa
                  diundang satu per satu orang datang silih berganti. Ada yang tua. Ada yang

                  muda. Ada yang remaja. Ada pula anak-anak. Bapak dan Ibu Edo sangat

                  terpukul karena anaknya meninggal secara tiba-tiba dan tidak pernah sakit.
                  Suasana di rumah keluarga Edo penuh jerit dan tangis. Suasana itu semakin

                  mendorong  orang  berdatangan.  Mereka  ingin  menyatakan  bela  sungkawa

                  dan ingin mengetahui penyebab kematiannya.
                       Orang tua Simon hanya bisa menangis. Mereka tidak bisa menjelaskan

                  apa-apa. Ibu Simon belum bisa menerima keadaan itu. “Tadi pagi anak saya
                  masih  sehat.  Tidak  ada  tanda-tanda  bahwa  ia  akan  meninggal.  Mengapa

                  Engkau ambil dengan begitu cepat anak saya. Ya, Tuhan apa salah saya ini?”

                  kata ibu Simon yang menyalahkan dirinya sendiri.
                       Salah satu tetangganya yang ikut mengurus anak itu mengatakan,“Pagi

                  tadi  badan  Simon  panas  tinggi  dan  disertai  badannya  gatal-gatal  merah.
                  Kami akan membawanya ke dukun. Namun, baru akan berangkat, anak itu

                  meninggal dunia di gendongan ibunya,” jelasnya.  Tak henti-hentinya ibunya

                  memanggil-manggil anaknya, “Simon, Simon, Simoooon.” Saat melihat anak
                  kecil datang bersama orang tuanya, ibu Simon terbayang anaknya yang telah

                  tiada.  Anak  itu  mengingatkan  celotehan  Simon  yang  bercita-cita  menjadi

                  petani.
                       “Simon mau seperti Ayah. Ayah bisa menanam padi. Ayah bisa menanam

                  jagung. Simon setiap pagi mau pergi ke sawah bersama Ayah.”

                       Itu  kata-kata  yang  sering  diucapkan  Simon  apabila  melihat  ayahnya
                  sebagai petani yang setiap pagi ke sawah atau ke kebun. Simon yang berusia

                  empat tahun mulai terbentuk kemampuannya dari kebiasaan melihat ayahnya
                  setiap pagi. Ibunya senang sekali jika melihat Simon menirukan orang






                                                           01
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14