Page 56 - Cerita Manik Manik Sakti dari Pohon Ngoi
P. 56

turut  meramaikan  suasana.  Ternyata,  tanah  mau
            menerima benda-benda pusaka Yansu Meiram.
                 “Ayah, aku mengaku salah. Kalau begitu bagikanlah

            benda-benda  pusaka  milik nenek  moyang  kita  kepada
            para kepala suku,” kata Iha Isi.
                 “Ya, dan kamu harus pergi bersama harta pusakamu.
            Berikan kedua harta pusakamu yang bernama iguot go
            itu kepada burung yang bernama kawoy kuem.”

                 Orang-orang  masih  menunggu  sambil  melihat
            semua kegiatan yang dilakukan oleh Yansu Meiram dan
            Iha Isi. Ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat

            Iha Isi berkata, “Baiklah, Ayah, segera berikanlah harta
            pusaka ini kepada para kepala suku.”
                 Mendengar  perkataan  anaknya,  Yansu  Meiram
            segera     membagikan       barang-barang      berharganya
            kepada semua kepala suku. Setelah itu, Iha Isi anaknya

            berkata lagi, “Ayah saya akan menghilang. Sampai kita
            bertemu  kembali  ketika  kita  meninggal  kelak.  Setelah
            saya meninggalkanmu, saya tidak akan datang lagi.”

                 “Baiklah, Anakku. Semoga engkau bahagia. Maafkan
            Ayah jika selama ini memiliki banyak kesalahan,” kata
            Yansu Meiram.
                 “Demikian  pula  aku,  Ayah.  Aku mohon  maaf  atas
            segala  kelancanganku.  Aku mohon  doa  restu  semoga





                                         50
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61