Page 13 - Cerita Pendekar Muda Tanjung Bengkulu
P. 13

Tamu-tamu  mulai  memasuki  pekarangan  istana,  Ahwanda  Jaya  dan

                  Remandung Nipis berdiri di depan pintu masuk ruangan utama. Kedua anak

                  raja  itu  senantiasa  melemparkan  senyum,  menyapa,  dan  menyalami  tamu

                  dengan ramah. Ketika salah seorang tamu laki-laki menyalami Remandung,

                  Remandung  terpana  sejenak,  lalu  menahan  jabat  tangannya.  Laki-laki  itu

                  berkumis tipis seperti kumis ayahnya.


                         Kemudian disusul oleh seorang ibu paruh baya, Remandung Nipis pun

                  menahan agak lama jabat tangan itu. Lalu memegangnya makin kuat. Air mata

                  Remandung menetes di kedua pipinya. Remandung memeluk perempuan paruh

                  baya itu sambil terisak-isak. Melihat sosok perempuan baya itu, Remandung

                  seperti melihat sosok ibunya, Ratu Pani. Perempuan paruh baya itu tak bisa

                  berbuat apa-apa saat dipeluk dan ditangisi Remandung Nipis. Ia mengerti

                  bahwa Remandung baru beberapa minggu ditinggal mati oleh Ratu Pani.


                         “Ibu  mengerti  perasaanmu,  Nak.  Tuhan  memanggil  Ratu  kembali

                  keharibaan-Nya  karena Dia  Maha  Berkehendak.  Bukan  hanya  seisi  istana

                  yang  berduka,  kami  sebagai  rakyat  Kerajaan  Tanjung  Bengkulu  ini  sangat

                  kehilangan sosok Ratu yang sangat kami segani,” bujuk perempuan itu sambil

                  mengusap bahu Remandung Nipis.



                         “Kami senang sekali dikunjungi  Bapak dan Ibu, serta tamu lainnya.

                  Terima  kasih  Bapak, terima  kasih  Ibu.  Saya  perhatikan,  semenjak  Ibu

                  meninggal, Bapak dan Ibu sering menengok kami ke istana.  Semoga Bapak

                  dan  Ibu  berdua  mengerti  perasaan  kami,”  Ahwanda  menjawab  ramah  dan

                  tenang.


                         Setelah semuanya disalami Ahwanda dan Remandung, tamu-tamu itu









                                                           7
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18