Page 21 - Cerita Pendekar Muda Tanjung Bengkulu
P. 21
ini kami sangat merasa kehilangan sosok Ratu Pani itu,” Atuk Gindo terlihat
sedih.
“Saya ikut berduka, Atuk. Semoga raja dan putra putrinya, serta semua
isi istana tabah menghadapi semuanya,” Anak Dalam menjawab dengan
tenang sambil mencoba menghilangkan kesedihan yang terpancar di wajah
Atuk Gindo dengan melemparkan seulas senyum.
Malam makin larut, Atuk Gindo pun mengakhiri pembicaraannya.
Kemudian mempersilakan Anak Dalam merebahkan diri di tikar yang telah
disediakan istrinya. Malam itu, Anak Dalam tidur dengan nyenyak tanpa
tersentak.
Semenjak Anak Dalam berada di rumahnya, Atuk Gindo dan istrinya
merasakan kebahagiaan tersendiri. Sudah tujuh tahun lamanya Atuk Gindo
menikah dengan Nilam Puti, namun belum juga dikaruniai anak. Jadi tak
ada salahnya jika Anak Dalam diperlakukan sebagai anak sendiri oleh Atuk
Gindo dan istrinya. Tetangga sekitar tempat tinggal Atuk Gindo banyak yang
terkagum-kagum melihat ketampanan Anak Dalam. Bahkan, tidak sedikit
yang ingin berkenalan dengan pemuda Musi Rawas itu.
Lama kelamaan keberadaan Anak Dalam di Tanjung Bengkulu sampai
juga ke telinga Raja Magedi. Raja mendengar cerita tentang pemuda Musi
Rawas itu dari orang istana, lalu berkata dalam hati.
“Mungkin ini saatnya aku bisa memenuhi keinginan putraku, Ahwanda
Jaya, untuk dicarikan seseorang yang dapat menemaninya saat ini, agar bisa
bertukar pikiran, dan bergurau bersama.”
Tanpa pikir panjang Raja Magedi menyuruh anak buahnya yang
15