Page 24 - Cerita Pendekar Muda Tanjung Bengkulu
P. 24

Remandung  Nipis, gadis  cantik  yang  masih  belia,  menahan  senyum  saat

                  melihat ketampanan Anak Dalam.


                         “Ampun beribu kali ampun, Baginda. Hamba sudah lancang datang ke

                  negeri Baginda ini,” sembah Anak Dalam sambil bersujud di kaki Raja Magedi.


                         “Berdirilah anak muda, dan duduklah kamu di kursi itu,” Raja Magedi

                  menunjuk ke salah satu kursi ruang tamu istana yang berada di dekatnya. Lalu

                  melanjutkan, “Sebenarnya apa maksud dan tujuanmu mengunjungi Tanjung

                  Bengkulu ini, anak muda?”



                         “Sembah hamba, Baginda. Besar harapan hamba datang ke sini karena

                  tertarik dengan kedamaian dan kemakmuran kampung ini. Sudah lama hamba

                  ingin datang ke Tanjung Bengkulu ini untuk dapat bertemu dengan Baginda.

                  Kepemimpinan baginda tersohor harum sampai ke kampung halaman hamba di

                  Musi Rawas.  Disamping itu, konon kabarya di Pulau Gelungi juga ada tempat

                  perguruan silat. Hamba berniat untuk belajar ilmu silat, Baginda.”


                          “Baik, anak muda. Kini saya sudah mengerti dan paham akan tujuan

                  kedatanganmu  ke sini. Oh, ya. Nama kamu Anak Dalam, bukan?


                          “Iya, nama hamba Anak Dalam, Baginda.”


                         “Baik, Anak Dalam. Dilihat dari caramu, sepertinya kamu itu  seorang

                  yang  tegas  dan  berkemauan  keras.  Mendengar  pernyataanmu  tadi,  saya

                  sebagai raja tidak berkeberatan jika kamu tinggal di sini bersama anggota

                  istana. Saya yakin, anakku Ahwanda Jaya dan Remandung Nipis pasti senang

                  menerima kehadiranmu, atau kamu berkeberatan?”













                                                          18
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29