Page 36 - Cerita Pendekar Muda Tanjung Bengkulu
P. 36

Di kala awan berarak petang, angin berhembus sepoi-sepoi. Ahwanda

                  Jaya  dan  Remandung  Nipis sama-sama  menatap  pipit yang  bertengger  di

                  pucuk  pohon  cempaka  yang  tumbuh  di  halaman  istana.  Mereka  terhentak,

                  tanpa  disadari,  kakak yang  dirindukan  selama  ini  telah  berdiri  tegak  di

                  belakang mereka.


                         Mereka berpelukan, melepaskan kerinduan satu sama lainnya. Namun,

                  Ahwanda  Jaya  dan  Remandung  Nipis sempat  tertegun  seketika  melihat

                  penampilan saudara angkatnya yang banyak berubah.


                         “Oh, kumis Kakak yang dulu tipis, kini tebal dan melentik pula,” telunjuk

                  kanan Remandung Nipis mengena ke kumis Anak Dalam.



                         “Iya,  dulu  Kakak  tak  pernah  pakai  ikat  pinggang.  Kenapa  sekarang

                  Kakak mengenakannya? Lebar pula. Oh, menakutkan!”  canda Ahwanda Jaya

                  kepolos-polosan.


                         Anak Dalam membalas perkataan kedua adiknya itu dengan  senyum.

                  Hatinya  sangat  bahagia,  tujuh  bulan  tujuh  belas  hari  lamanya  ia  berpisah

                  dengan kedua adik yang sangat disayanginya. Kini mereka dapat berkumpul

                  kembali dalam keadaan  baik semua.


                         Saat Anak Dalam, Ahwanda Jaya, dan Remandung Nipis masih bergurau

                  melepas kerinduan, Raja Magedi datang, lalu memeluk erat anak angkatnya

                  itu.


                         “Selamat datang Pendekar Muda Tanjung Bengkulu.”
















                                                          30
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41