Page 37 - Cerita Pendekar Muda Tanjung Bengkulu
P. 37

Anak  Dalam  merasa  tersanjung  atas  ucapan  ayahnya  itu.  Sebagai

                  ucapan terima kasih atas keberhasilannya menuntut ilmu di tempat persilatan

                  Ambang Birah , ia  bersujud di kedua kaki Raja Magedi.


                         “Ampun  beribu  kali  ampun,  Ayahanda.  Jika  diizinkan  ananda  pergi,

                  jika  dijemput  ananda  datang.  Kini  ananda  telah  kembali  ke  istana  dengan

                  selamat.  Ananda  berjanji  untuk  melakukan  segala  titah  Ayahanda  sebagai

                  raja di Tanjung Bengkulu ini.”


                         Walaupun  Anak  Dalam  kini  sudah  menjadi  pendekar,  ia  tetap

                  memberikan perhatian penuh kepada dua adik angkatnya itu. Kini Ahwanda

                  Jaya tidak lagi merasa sepi. Embun yang tergenang di sudut matanya kembali

                  bergulir  di ujung  dedaunan.  Dendang  hati  yang  sedih  berubah  kembali

                  jadi  nyanyian  burung  di  pagi  hari.  Remandung  Nipis pun  kembali  bahagia,

                  mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari kakak angkatnya itu.



                         Raja  Magedi tidak  mau  menyia-nyiakan  ilmu  anak  angkatnya  itu

                  dalam  dunia persilatan. Dengan tegas dan penuh harap, ia menyuruh Anak

                  Dalam untuk membuka perguruan silat dan ilmu kebatinan. Beberapa minggu

                  kemudian,  berkat  kerja  sama  yang  baik  antara  Raja  Magedi, Anak  Dalam,

                  dan warga kampung, berdirilah  tempat persilatan dan ilmu kebatinan yang

                  dipimpin oleh Anak Dalam.


                         Raja Magedi memberi nama perguruan silat dan ilmu kebatinan anaknya

                  itu dengan nama Kardatalu  (Pendekar Muda Tanjung Bengkulu). Lokasinya

                  tidak jauh dari istana, beberapa puluh meter saja. Setiap hari Anak Dalam

                  hadir  di  perguruan  silatnya.  Ahwanda  Jaya  dan  Remandung  Nipis sering

                  datang ke tempat persilatan kakaknya sekadar melihat aksi silat kakaknya.









                                                          31
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42