Page 7 - Cerita Pendekar Muda Tanjung Bengkulu
P. 7

Suasana Istana ditinggal Ratu Pani










                         Pagi hari, saat burung  masih bernyanyi, hari  belum begitu terang,

                  orang-orang  di  istana  belum  semuanya  bangun,  Ahwanda  Jaya  duduk

                  termenung di bangku serambi depan istana tempat ia tinggal bersama ayah

                  dan adik perempuannya. Pikirannya melayang entah kemana. Ahwanda Jaya

                  teringat akan ibunya, Ratu Pani, yang baru tujuh minggu meninggal dunia

                  karena  serangan  jantung.  Air  matanya  berlinang.  Hati  kecilnya  pun  belum

                  berhenti bertanya, mengapa ibunya begitu cepat pergi?


                         Bagi Ahwanda, Ratu Pani adalah sosok ibu yang tak ada bandingannya.

                  Sampai-sampai  ia mengatakan bahwa ada bola salju yang bergulir di hati

                  ibundanya.  Ia    sangat  menyayangi  dan  mengagungkan  ibunya.  Ibu    yang

                  berhati mulia, tak kenal lelah untuk menjaga anak-anaknya.


                         Sebulan  sebelum  Ratu  Pani  meninggal,  Ahwanda  Jaya  terjatuh  di

                  tangga ruang istana sehingga kaki kirinya mengalami cedera. Jika Ahwanda

                  ingin berjalan kemana-mana harus ada yang menemani, menjelang kakinya

                  itu  sembuh. Semasa  hidupnya,  setiap  hari  Ratu  Pani  menuntun  Ahwanda

                  mengelilingi pekarangan istana sekadar menikmati keindahan alam. Namun,

                  kini kebiasaan itu sudah tidak ditemukan lagi oleh Ahwanda Jaya.










                                                           1
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12