Page 70 - Cerita Pendekar Muda Tanjung Bengkulu
P. 70

Anak Dalam mencurahkan perasaan yang selama ini terpendam. Perasaan itu

                  ditumpahkannya  pada helai-helai daun yang tak berembun.


                         “Adindaku, Remandung Nipis. Aku ini tidak hanya sebagai  kakak yang

                         menjagamu, tetapi juga orang yang mencintaimu sepenuh hati. Semenjak

                         pertama aku datang ke istana, semenjak itu pula tumbuh benih-benih

                         kasih  di hati ini. Benih itu terus kusiram agar tumbuh menjadi tunas.

                         Dan, tunas itu  kupagar dengan kawat berduri agar tak satu jiwa pun

                         yang bisa masuk ke dalamnya selain Adinda. Kini tunas itu telah berurat

                         berakar. Setiap saat kupupuk dengan cara memberikan perhatian dan

                         mengirimkan senyum untukmu. Memang kita tak pernah berkata tentang

                         cinta, tetapi Kakak tahu di jiwamu ada asa. Kita tidak bisa berbuat apa-

                         apa, Adindaku. Hanya batin yang menikahkan kita.”


                         Anak Dalam terhentak karena suara petir datang bersahutan. Langit

                  semakin kelam. Hujan pun turun dengan deras.









































                                                          64
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75