Page 73 - Cerita Pendekar Muda Tanjung Bengkulu
P. 73

Hal  itu  membuat  Anak  Dalam  berubah  pikiran.  Dengan  seribu  akal

                  cerdasnya, dan sedikit menggunakan ilmu kebatinan, diam-diam Anak Dalam

                  keluar dari kamar pengasingannya. Tak seorang pun yang tahu kalau Anak

                  Dalam  sudah  meninggalkan  rumah  Rindang  Kinali.  Anak  dalam  berjalan

                  dengan langkah seribu, menyisiri tepi Semenanjung.


                         Di tepi laut, sebuah kapal layar sedang memuat barang dagangan yang

                  akan di bawa ke Pulau Perca.  Dengan merapikan kumisnya, Anak Dalam pun

                  menyamar sebagai seorang saudagar. Alhasil, siang menjelang petang Anak

                  Dalam berlayar bersama kapal bermuatan barang itu menuju Perca .


                          Setelah berdebat dengan hebat bersama adik dan kedua orang tuanya,

                  Omar Percan menuju kamar pengasingan Anak Dalam untuk memberi tahu

                  hari pernikahan. Namun sayang, kamar itu  kosong.  Anak Dalam telah pergi.

                  Omar marah, Omar mengamuk. Ia sakit hati pada lelaki yang akan dinikahkan

                  dengan adiknya itu. Bak disambar petir, hati Omar hancur berkeping-keping

                  rasanya. Seisi rumah jadi heboh, kecuali Rindang Kinali. Tak ada niat untuk

                  mencari Anak Dalam atau menjemputnya kembali. Kinali pun tak mau menanti.



                         “Untunglah orang-orang sekitar belum diberi tahu tentang pernikahanku

                  dengan  pemuda  Tanjung  Bengkulu  itu.  Kalau  tidak,  apa  jadinya.  Aku bisa

                  malu,” Rindang Kinali berucap dengan tenang tapi pasti.


                         Singkat cerita, setelah lima hari lima malam lamanya berlayar, sampailah

                  kapal itu di pesisir bagian utara Sumatra, tepatnya di Tanjung Sanai. Karena

                  kapal merapat di tengah malam, di Tanjung Sanai ini Anak Dalam menginap

                  di rumah seorang nelayang yang bernama Bujang Pinuk. Bujang Pinuk adalah

                  seorang yang baik hati. Ia tinggal bersama istri dan dua orang anaknya. Hari-









                                                          67
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78