Page 76 - Cerita Pendekar Muda Tanjung Bengkulu
P. 76

Anak Dalam  diam  terpaku.  Tanpa  mengangguk,  dan  tanpa  pula

                  menggelengkan kepalanya.


                         “Apa yang hendak kau sampaikan padaku, Anak Muda? Bicara! Dan

                  bicaralah!”


                         Anak Dalam tidak dapat lagi menahan harunya, mendadak ia bersujud

                  di hadapan ayah angkatnya itu.



                         “Ampun beribu kali ampun, Ayahanda. Ini aku, anakmu. Anakmu .... “

                  Anak dalam tak dapat menahan isaknya.


                          “Anakku? Maksudmu?”


                         “Aku, Anak Dalam, anak angkatmu, Ayahanda,” Anak Dalam berusaha

                  meyakinkan Raja Magedi.


                         “Oh  ...  anakku  itu  telah  gugur  dalam  peperangan  melawan  pasukan

                  dari Semenanjung beberapa waktu yang lalu,  Anak Muda. Dan kamu ini?”



                         “Baik, saya tidak memaksa Ayahanda untuk percaya. Karena Ayahanda

                  yakin kalau anak angkat sekaligus panglima perang itu telah gugur.”


                         “Memang anakku itu telah gugur. Lalu, ada apa hubungannya dengan

                  kedatanganmu ke istana ini?


                          Mendengar perbincangan yang rumit antara ayahnya dan anak muda

                  itu, Ahwanda datang menghampiri.


                         “Ada apa gerangan?” tanya Ahwanda sambil memandang anak muda

                  itu dengan tenang.











                                                          70
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81