Page 8 - Cerita Pendekar Muda Tanjung Bengkulu
P. 8
“Oh, andaikan Ibu masih ada, pagi begini adalah saat aku dan Ibu
berkeliling melihat-lihat tanaman dan bunga yang berwarna-warni,” Ahwanda
berbisik dalam hati, “Kini siapakah gerangan yang akan menggantikanmu,
Ibu?”
Ahwanda tersadar seketika dari lamunannya. Ia berusaha untuk
tetap tegar. Bagaimanapun, ia bahagia karena masih ada ayah dan adik
perempuannya yang bernama Remandung Nipis. Ayah Ahwanda bernama
Raja Magedi, pemimpin kerajaan Tanjung Bengkulu, Pulau Sumatra.
Saat Ahwanda masih mengingat-ingat almarhum ibunya, Ratu Pani.
ayahnya sudah berdiri di samping bangku tempat ia duduk. Raja Magedi
menghampiri anak laki-lakinya itu.
“Ayah tahu kamu tampaknya sangat terpukul sekali dengan kematian
ibumu, Nak. Bukan kamu saja, ayah dan adikmu, Remandung Nipis, juga
merasa kehilangan, bahkan orang-orang di daerah Tanjung Bengkulu ini juga
kehilangan. Mereka semua kehilangan sosok ibumu yang begitu baik,” ucap
Raja Magedi sambil mengusap kepala putranya itu.
Raja Magedi berusaha untuk tidak memperlihatkan kesedihan kepada
Ahwanda atas kematian Ratu Pani, perempuan yang telah menganugerahi
dua orang anak untuknya.
“Tapi kenapa Tuhan secepat itu memanggil Ibu, Ayah?” Ahwanda
sedikit cengeng saat membalas pembicaraan ayahnya.
”Karena sudah ajalnya, Nak,” Raja Mugedi mencoba untuk meyakinkan
2