Page 16 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 16
Sebuah dusun terlihat di lembah di tengah-tengah antara
punggung bukit. Beberapa bangunan rumah terpampang, atapnya
berkilauan karena terbuat dari seng. Akan tetapi, tidak semua
rumah beratapkan seng. Beberapa rumah menggunakan atap
rumbia, atap yang terbuat dari anyaman daun rumbia yang dijepit
dengan bambu. Gumpalan-gumpalan asap keluar dari rumah-
rumah itu meninggalkan bekasnya di langit. Balai desa dapat
ditandai dari adanya pohon banyan yang besar. Di seberangnya
terbentang sawah-sawah dengan pematangnya yang kelihatan
jelas dan tajam. Di belakang balai desa itu terdapat rumah-rumah
penduduk yang halamannya saling berdekatan, rapi berderet,
dan pohon-pohon kelapa menjulang dari balik rumah-rumah
yang diselimuti kabut tipis. Sayap-sayap burung kuntul berkilau
ketika mereka terbang di atas sawah, samar-samar kelihatan dari
jauh di tengah-tengah awan, kemudian mereka lenyap, terlebur
dalam kabut dan tidak terlihat lagi. Kenangan seperti itu yang
membuat Andini selalu ingin kembali ke tempat eyangnya. Awan-
awan menggantung tepat di tentang matanya berbatasan dengan
cakrawala, seperti pemandangan yang dijumpainya di kereta api,
selalu awan putih menggumpal dan indah yang dilihatnya.
Pukul 12.15 sampailah Taksaka di Stasiun Purwokerto.
Andini membantu ibunya menurunkan tas dari bagasi. Kemudian,
ia berjalan di belakang ibunya sambil menenteng tas berisi kue
mantou. Dengan menghirup dalam-dalam udara yang segar,
dia turun dari pintu kereta. Dari jauh dilihatnya eyang kakung
melambai-lambaikan koran. Ingin berlari Andini ke arah eyang,
tetapi ditahannya. Kasihan ibu yang kelihatan capai sambil
menenteng tas harus ikut berlarian di belakangnya nanti.
10