Page 17 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 17

Ciuman eyang kakung menghujani pipi dan ubun-ubunnya.
            Ibu  menyalami eyang  dan  mencium  tangannya  dengan  hormat.
            Wajah-wajah penuh rindu saling bertatapan.  Segera Andini
            bergegas menuju tempat parkir.


                    “Kereta apa  yang kamu naiki tadi, Andini?” tanya eyang
            kakungnya sambil memukul lembut kepalanya dengan gulungan
            koran.

                    “Kereta Taksaka, Eyang! Enak,  deh!  Tidak terasa
            guncangannya, tahu-tahu  sudah sampai Purwokerto,” jawab
            Andini sambil menggamit tangan eyangnya.

                    “Kamu tahu apa arti Taksaka itu?” tanya eyangnya.

                    “Apa, ya? Andini nggak tahu, Eyang.”


                    “Itu nama seekor naga yang besar sekali.”

                    “Naga? Eyang, Eyang ceritakan dong …!” kata Andini.

                    “Andini! Nanti saja, ya!” cegah ibu Andini.

                    “Memang kenapa, Bu?” tanya Andini.


                    “Ya,  nanti.  Kita  juga  belum  ketemu  Eyang  Putri, ‘kan?”
            jawab ibunya.

                    “Eyang  Kakung  janji, ya! Nanti akan  cerita mengenai
            Taksaka, ‘kan?” tanya Andini kepada eyangnya.

                    “Iya, iya! Kamu selalu tidak sabar jika mendengar sebuah
            cerita,” jawab eyang Andini.





                                         11
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22