Page 25 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 25

“Sehina itu perbuatan  seorang keturunan  Maharaja
            Astina? Ayo lawan aku dengan sikap pahlawan!”


                    “Aku  merasa  tidak menyesal,  Bima! Walaupun  aku
            sadar  perbuatanku salah. Aku tidak  dapat  mengubah  apa  yang
            seharusnya terjadi,” kata Duryudana.

                    “Ya, tentu  saja kau  tidak  dapat  mengubahnya karena
            dirimu  adalah  sumber kebinasaan  itu. Ayo lawan aku, jangan
            seperti  cacing tanah!”  tantang  Bima sambil  melemparkan
            beberapa lembing ke arah Duryudana.

                    Mendapat ejekan “seperti cacing” Duryudana menggeram
            dengan dahsyatnya. Dia  lalu meloncat menubruk Bima dengan
            pukulan tangannya. Namun, tenaga dan semangat hidupnya sudah
            agak memudar, terpukullah Duryudana oleh gada rujakpala pada
            pahanya. Akhirnya, ia jatuh ke tanah dan terpukullah kepalanya
            oleh senjata Bima itu.

                    Duryudana pun  tewas di tangan Bima  dan berakhirlah
            perlawanan para Kurawa dalam mempertahankan kekuasaan atas
            Kerajaan Astina. Duryudana adalah raja yang serakah dan tidak
            tahu  tata  krama.  Dia mengambil  kerajaan  dari tangan keluarga
            Pandawa dengan paksa. Sebetulnya Kurawa dan Pandawa
            adalah  satu  keluarga,  tetapi  Kurawa  serakah dan  tidak  mau
            membagi wilayah kerajaan dengan Pandawa sehingga terjadilah
            pertarungan memperebutkan kerajaan.


                    Perang antara dua keluarga itu telah usai. Sebuah padang
            yang  amat  luas dengan  aliran  Sungai Irawadi di tengahnya itu
            kini menjadi senyap. Air sungai itu biasanya jernih,  di dalamnya
            beraneka ragam ikan berenang di sela-sela batu di pinggir-pinggir


                                         19
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30