Page 34 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 34

amalnya diterima baik di alam baka. Jayadrata akan tewas dengan
            kepala tersungkur di tanah. Sabda tersebut membuat kesedihan
            yang mendalam bagi Wridaksastra. Dia  kemudian mengutuk
            barangsiapa yang menyebabkan kepala Jayadrata jatuh ke tanah,
            dia akan menemui ajalnya dengan kepala tersungkur ke tanah.


                    Saat  kepala  Jayadrata  jatuh  ke  pangkuannya, Raja
            Wridaksatra sedang  bersemedi  sehingga dia  tidak sadar  ada
            kepala  anaknya  di pangkuan.  Sewaktu  berdiri  dari bersemedi,
            kepala Jayadrata jatuh dari pangkuannya dan berada di atas tanah.
            Seketika kutukan yang pernah diucapkan oleh Wridaksatra terjadi
            mengenai dirinya sendiri. Kepala Wridaksatra tersungkur di atas
            tanah dan ajalnya tiba.

                    Akhirnya, Arjuna dapat melaksanakan keinginannya untuk
            membalas  kematian  Abimanyu dengan  membunuh  Jayadrata.
            Abimanyu gugur sebagai pahlawan di medan perang meninggalkan
            seorang istri bernama Utari. Ketika itu, Utari sedang mengandung
            anak Abimanyu.

                    Pandawa begitu sedih karena kehamilan itu telah dikutuk
            oleh Aswatama  anak  pendeta  Dorna dari Kurawa.  Aswatama
            mengutuk seluruh bayi anak Pandawa yang masih ada di dalam
            kandungan, kelak jika lahir akan mati.

                    Sebelum mengucapkan kutukan itu, Aswatama menghabisi
            keluarga Pandawa. Putra, sahabat, dan penasihat Pandawa dibunuh
            dengan cara yang mengerikan. Setelah menghabisi seluruh anak-
            cucu dan keluarga Pandawa pada malam hari, Aswatama melarikan
            diri dan bersembunyi dengan menyamar menjadi murid Abyasa di






                                         28
                                         28
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39