Page 39 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 39
Kresna temangu-mangu dan dia bergerak mengulurkan
tangannya mengambil minuman yang dihidangkan oleh pelayan.
Air minum itu begitu sulit melewati kerongkongannya dan Kresna
tersedak hingga terbatuk-batuk. Basudewa menimpali kata-kata
Sumbadra.
“Kau terkenal sebagai orang yang selalu bicara tentang
kebenaran, Kresna. Mengapa tidak kauceritakan sejujurnya
tentang kematian Abimanyu, cucuku?”
Dengan menghela napas berat Kresna menjawab. “Jangan
bersedih, Dinda Sumbadra!” kata Kresna. “Apa yang terjadi harus
terjadi. Meskipun aku, suamimu Arjuna, Bima, atau Yudistira
membantunya dan melindunginya, ia tetap terbunuh. Itu sudah
tersurat dalam garis hidup manusia. Janganlah berlarut-larut
dalam kedukaan! Lebih baik kita pikirkan Utari, istri Abimanyu,
yang sedang hamil.”
“Aku sedih, Kanda,” kata Sumbadra.
“Utari tak henti-hentinya meratapi Abimanyu”
Kresna bangkit dan memeluk Sumbadra sambil berucap.
“Sumbadra, kehidupan dan kematian itu sudah ditentukan. Kita
boleh sedih, tetapi tidak boleh berlebihan. Kita juga boleh senang,
tetapi jangan pula berlebihan! Kamu sebagai ibu dari Abimanyu
hendaknya berbesar hati karena putramu gugur dalam membela
kebenaran. Kamu juga harus membangkitkan semangat Utari
dan membesarkan hatinya. Ingatkan padanya bahwa yang ada
di dalam perutnya itu adalah anak dari seorang pahlawan besar
pembela raja dan kerajaan.”
33