Page 41 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 41
“Selamatkanlah kami, Kresna. Hanya engkaulah yang dapat
melakukannya,” kata Kunti sambil meratap. “Istri keponakanmu
melahirkan bayi yang tidak bergerak. Hidupkan dia kembali.
Ingatlah, engkau sudah berjanji untuk melakukannya ketika
Aswatama mengubah daun rumput menjadi sebatang senjata
brahma yang akan mematikan seluruh anak cucu Pandawa.”
“Tenanglah, Bibi Kunti, akan saya usahakan. Semoga
dewata berkenan atas lakuku ini!” kata Kresna.
Ucapan Kresna memberikan semangat bagi seluruh
penghuni istana Kerajaan Astina. Kresna masuk ke dalam kamar
persalinan tempat Utari terbaring tak berdaya. Ia memerintahkan
agar kamar itu disucikan dengan untaian-untaian bunga berwarna
putih, pasu-pasu diisi air hingga penuh, serta pelita diletakkan di
setiap sudut kamar.
Utari didudukkan oleh para dayang di tempat tidur
beralaskankan beberapa tilam untuk menyangga punggungnya.
Wajahnya pucat tak berdarah dan ekspresinya mati tak ada
harapan. Setiap orang yang memandangnya akan menangis melihat
keadaan Utari. Dengan dibantu para dayang, ia merangkapkan
kedua telapak tangannya dan dengan hormat menyembah Kresna
yang berdiri di samping tempat tidurnya.
Kresna menyentuh air dalam pasu dan menawarkan
kekuatan senjata brahma Aswatama. Tangan raja agung itu
meraih sesuatu dari mahkota yang ada di kepalanya. Tergeletak
dengan warna biru dalam telapak tangannya sekuntum bunga
wijaya kusuma. Setiap orang yang menyaksikan tergetar hatinya
dan bagai terpaku menjejak bumi di tempat masing-masing. Tak
ada terdengar helaan napas satu pun dari makhluk yang hidup
35