Page 42 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 42

di  kamar itu. Bunga itu adalah bunga sakti, bunga kehidupan.
            Tidak setiap orang  dapat menyentuhnya atau  membawanya
            dalam telapak tangan. Hanya Kresna satu-satunya manusia yang
            dapat mengenggam bunga itu. Kresna adalah titisan Dewa Wisnu,
            dewa kehidupan yang menguasai bumi. Sesaat kemudian Kresna
            mengucap mantra dengan suara dalam.


                    “Sang  Hyang Widi pencipta jagad raya, kumohon
            hidupkanlah  kembali  anak ini karena aku mencintai darma,
            menghormati para brahmana,  dan mohon hidupkanlah  anak
            Abimanyu sebagai penerus keturunan Pandawa.”

                    Tidak lama  kemudian, bayi laki-laki  yang  telah diusap
            dengan bunga pusaka wijaya kusuma dari  ubun-ubun  sampai
            dengan mata kaki sebanyak tiga kali itu, menggerakan lengan dan
            tungkai kakinya dengan samar. Suatu cahaya putih kemilau yang
            kuat menerangi kamar dan pecahlah tangisan dari mulut mungil
            bayi laki-laki  tersebut. Suaranya menggema ke seluruh sudut
            istana dan membangkitkan senyum serta semangat hidup para
            tetua istana Astina.

                    Wajah  Utari pelan-pelan  merona  merah dan air mata
            kebahagiaan  jatuh  menelusuri pipi yang  semula  pucat  pasi itu.
            Kebahagiaan  mendengar  tangis bayi  itu membuat  semangat
            hidupnya bangkit. Dia harus  berusaha untuk  hidup. Dia harus
            hidup untuk cinta yang ditinggalkan oleh Abimanyu, cinta yang
            berwujud  sesosok  mungil  bayi laki-laki.  Sesaat  Utari melihat
            bayangan sosok  suaminya tersenyum kepadanya. Wajah itu
            terlihat bahagia dan bercahaya. Dengan pelan-pelan bayangan itu
            memudar dan diganti dengan tangisan bayi yang keras memompa





                                         36
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47