Page 46 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 46
“Ya, sudah kalau begitu. Adik-adikku, hari ini orang tua
kita akan berangkat ke hutan tempat mereka melakukan darma.
Mari kita bersama-sama mengantar mereka,” kata Yudistira.
Keinginan Yudistira untuk mengantar ke hutan tempat
mereka melakukan darma ditolak oleh Dastarata, Gendari, dan
Kunti. Mereka tidak mau diantar. Dengan berjalan kaki mereka
keluar dari istana yang megah. Baju kerajaan yang biasa mereka
kenakan sudah ditanggalkan.
Dastarata, Gandari, dan Kunti akhirnya hidup di hutan
dengan mengenakan pakaian dari kulit kayu dan berpuasa untuk
tidak makan dan minum. Dastarata memasukkan kerikil ke dalam
mulutnya dan hanya hidup dari udara. Ia tidak mau berbicara
sepatah kata pun dengan orang lain. Gandari hidup dengan minum
air saja, sementara Kunti masih makan satu kali sebulan. Ketika
hutan terbakar, Dastarata, Gandari, dan Kunti duduk menghadap
ke timur, memusatkan daya pikirnya dengan diam seperti tiang-
tiang kayu. Mereka musnah terbakar api.
Lima belas tahun kemudian, yaitu tiga puluh lima tahun
sesudah perang di Padang Kurusetra, Yudistira memutuskan
untuk menjauhkan diri dari dunia mengikuti jejak Dastarata,
Gendari, dan Kunti.
“Sudah saatnya kita meninggalkan istana.”
Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, dan Drupadi setuju. Yudistira
kemudian menobatkan Parikesit, anak Abimanyu, menggantikan
dirinya menjadi raja. Kata Yudistira kepada Sumbadra.
40