Page 53 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 53
“Terhadap penghinaanmu, inilah balasanku, wahai
brahmana yang tidak tahu diri. Pertanyaan dari raja penguasa
dunia tidak kau jawab sedikit pun. Aku muak melihan kebisuanmu.
Sekarang rasakan bau busuk ular di lehermu sepuas hatimu. Inilah
hukuman bagi brahmana yang tidak patuh pada rajanya!”
Setelah puas berteriak-teriak menyalurkan amarahnya
kepada Begawan Samiti, Parikesit pun pergi. Hatinya sangat sedih
karena belum pernah diperlakukan seperti itu oleh orang-orang
yang pernah ditemuinya. Ia merasa sangat terhina. Hatinya sangat
kesal kafrena ia gagal menangkap kijang berkulit emas.
Tanpa sepengetahuan Parikesit, tingkah laku Raja
Parikesit kepada Bangsawan Samiti tersebut diketahui oleh
seseorang dari balik gerumbul semak. Dia adalah teman Srenggi
yang bernama Kresa. Srenggi adalah anak Begawan Samiti. Pada
waktu itu Srenggi tidak ada di dekat ayahnya. Dia sedang berjalan-
jalan mengunjungi ibunya di kahyangan kedewaan.
Bersamaan dengan perginya Parikesit dari hutan
itu, datanglah Srenggi dengan bersenandung sambil melihat
pemandangan kanan kiri jalan yang dilewatinya. Sambil berjalan,
tangannya mematahkan ranting-ranting pohon di dekatnya.
Jadi, di belakang punggung Kala Srenggi, semak-semak terlihat
berantakan karena patahan dahan atau ranting yang dilakukannya.
Suara gaduh dan gemeretak terdengar dari kejauhan saat
tubuh Kala Srenggi belum muncul. Dengan tergopoh-gopoh
Kresa menghampiri kedatangan Srenggi dan tanpa basa-basi
menceritakan peristiwa yang menimpa ayahnya, Begawan Samiti.
“Apa kau bilang?” teriak Srenggi mendengar cerita Kresna
tentang sikap Raja Parikesit terhadap ayahnya.
47