Page 54 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 54

“Kurang ajar, Raja  Astina itu berani menghina ayahku!”
            ucap Srenggi dengan geram.


                    “Coba ulangi  lagi kata-katamu  dan jangan mencoba
            membohongiku!” bentak Srenggi kepada Kresa.

                    “Iya,  tadi  kulihat  Parikesit dengan  pongah membentak-
            bentak  Begawan  Samiti.  Tangannya  menunjuk-nunjuk  muka
            Begawan dan suaranya menggelegar sehingga binatang  yang
            sedang berlalu di dekat situ lari terbirit-birit. Kemudian, Begawan
            Samiti mukanya dilempar ular oleh Parikesit. Itu di leher Begawan
            terjuntai ular yang mati,” kata Kresa menceritakan kejadian yang
            dilihatnya dengan ditambah-tambahi sehingga membuat Srenggi
            semakin marah.

                    Sambil  berjalan-jalan  terburu-buru  ke arah  ayahnya  dia
            bersungut-sungut.

                    “Aku punya teman seekor naga yang sangat sakti. Biar! Aku
            akan minta tolong kepadanya untuk menghajarmu Parikesit,” kata
            Srenggi dengan suara bagaikan gelegar.


                    Sambil  terus  melangkah diikuti  oleh Kresa,  tangan
            Srenggi mematah-matahkan ranting  pohon  di kanan-kiri jalan
            yang  dia lewati.  Dengan tiba-tiba  dia berhenti. Diangkatnya
            kedua tangannya tinggi-tinggi. Sambil menengadahkan muka dia
            berseru.

                    “Wahai dewa di angkasa, kabulkanlah permintaanku ini!
            Dalam waktu tujuh hari, matilah Parikesit, raja kurang ajar, Naga
            Taksaka akan mengigitmu!”





                                         48
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59